HUMAN DEVELOPMENT

Tiga Pemicu Inovasi: Ketakutan, Fantasi & Frustrasi

Taxsam.co Team | 21 DEC 2021
Berikut adalah gambaran utama mengenai poin penting dalam tema yang diangkat dan hal terpenting tentang inovasi adalah: 
(1) ide baru,
(2) yang menambah nilai, dan
(3) benar-benar terjadi (menjadi kenyataan).

Tiga hal diatas merupakan hal yang perlu diinovasikan. Jika hanya memiliki dua dari tiga hal tersebut, maka dalam hal tersebut menjadi pemicu inovasi. Ketiga bagian dari definisi itu penting. Sebagian besar inovasi akan mendapatkan bagian ide baru, meskipun hal itu tidak disangka. Ternyata, dengan menggabungkan ide-ide lama dengan cara baru, inovasi dianggap sebagai ide baru. Ide baru adalah termasuk dalam kategori yang lebih luas daripada sesuatu hal yang selalu kita pikirkan. Tetapi kesalahan inovasi terbesar yang ditemui oleh penulis artikel adalah berpikir bahwa ini hanya tentang ide-ide baru. Dan hal ini bukan menjadi suatu inovasi.

Kita juga harus mengeksekusi ide-ide yang dibuat. Tidak cukup ide saja, tetapi kita perlu membuatnya menjadi nyata. Kita harus mencari cara untuk mengungkapkan dari pikiran kita sendiri, di mana ide tersebut harus sempurna, atau seadanya bahkan tidak terduga, maka hal tersebut menjadi tempat kita tetap hidup. Membuat ide menjadi nyata cukup menantang, dan kita tidak dapat melakukan inovasi tanpa langkah ini. Tetapi ide juga tidak cukup, maka dari itu kita juga harus menciptakan nilai (value). Nilai bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk orang lain juga. Hal ini menjelaskan bahwa kita harus memecahkan masalah dan ide inilah yang dapat membuka nilai bagi orang-orang. 

Pemicu #1: Ketakutan

Jika kita kehilangan ide-ide baru, maka kita memiliki pemicu inovasi pertama yaitu ketakutan. Pemicu ketakutan terjadi ketika kita memiliki sistem untuk melakukan hal-hal yang nyata, dan mereka menciptakan nilai bagi orang-orang, dan hal selanjutnya membuat suasana berubah.  Pada titik ini, cara lama seperti berhenti bekerja dan jika kita tidak memiliki ide-ide baru, maka kita akan dihantui rasa takut.

Hal ini juga bisa menjadi pemicu inovasi yang kuat. Ketika segala sesuatunya berhenti bekerja, kita sering menghadapi ancaman eksistensial. Maka kita harus berinovasi atau kita tidak akan bertahan dan itu cukup menakutkan.

IBM telah melalui rasa takutnya beberapa kali hingga saat ini. Pada tahun 1970, mereka merupakan salah satu perusahaan paling dominan di dunia dan mainframe mereka berada di mana-mana. Kemudian, inovasi teknologi mengubah lingkungan mereka dan menjadi jelas bahwa komputer pribadi akan menjadi besar. Rasa takut ini membuat IBM untuk berinovasi model bisnis mereka dan transisi yang gagal dilakukan oleh sebagian besar pesaing mereka dalam bisnis mainframe.

Kemudian mereka harus melakukannya lagi di akhir tahun 90-an dan internet mengubah lingkup mereka, dan mereka beralih dari menjual perangkat keras (hardware) ke menjual perangkat lunak (software), layanan, dan konsultasi. Kedua perubahan itu dimotivasi oleh rasa takut. Dan hasilnya mencakup beberapa inovasi manajemen besar, seperti penggunaan kemacetan inovasi, bersama dengan inovasi model bisnis mereka.


Pemicu #2: Fantasi/khalayan

Jika kita memiliki ide-ide baru untuk memecahkan masalah tertentu, tetapi tidak ada cara untuk mewujudkannya, maka kita memiliki pemicu inovasi kedua yaitu fantasi/khayalan. Banyak orang terjebak di sini. Mereka memiliki ide bagus, dan mereka melihat masalah yang dapat dipecahkannya, tetapi mereka tidak dapat mewujudkannya, maka hal tersebut membutuhkan kerja lebih. Dari hal ini, ketika semua penemu mulai membuat ide mereka menjadi nyata. Pada saat itu, itu sama sekali bukan inovasi. Mereka punya ide bagus, dan mereka sedang mencari cara untuk mewujudkannya, tapi itu belum ada. Itu masih fantasi/khayalan.

Pemicu #3: Frustrasi

Pemicu ketiga dalam sebuah kerumitan biasanya muncul ide baru yang hebat, dan biasanya bisa terwujudkan. Tetapi jika tidak ada yang membeli, hal tersebut dapat kehilangan sebuah nilai yang diciptakan untuk orang lain, dan hal ini menyebabkan frustrasi.

“Jika mereka menemukan kamera digital, mengapa mereka tidak mendominasi pasar?”      “Mereka telah memecahkan masalah teknis dan bagaimana cara menggunakan teknologi digital untuk mengambil gambar?” Tetapi mereka masih perlu mencari cara untuk menciptakan nilai dari ide ini.

Frustasi merupakan bagian dari masalah S-Curve, dan memecahkan masalah teknis hanyalah langkah pertama. Kemudian harus menemukan model bisnis yang tepat untuk dijalankan. Hal ini sering memakan waktu lebih lama daripada memecahkan masalah teknis. Karena Kodak gagal menemukan nilai yang tepat untuk dibuka dengan kamera digital mereka, mereka akhirnya kehilangan pasar sepenuhnya.

Ketika Chester Carlson menemukan proses xerografi, dia dan Haloid Photography Company masih membutuhkan waktu 20 tahun untuk menemukan model bisnis yang tepat untuk mengetahui cara terbaik memberikan nilai bagi orang-orang. Hal ini bisa membuat frustrasi dan frustrasi ini mendorong inovasi model bisnis.

Tiga Pemicu Inovasi

Tiga F adalah tempat inovasi biasanya dimulai. Fantasi adalah di mana mengatakan "bagaimana jika ...?", frustrasi dimulai dengan "itu menarik ..." dan ketakutan adalah di mana kita mengatakan "oh-oh." Ketiga sentimen tersebut dapat mendorong kita untuk menemukan ide-ide baru – tetapi untuk berinovasi harus memerlukan ketiga hal tersebut: ide baru yang hebat, lalu membuatnya seperti nyata, dan harus membuka nilai bagi orang-orang. Setelah melakukannya, maka kita memiliki kesempatan untuk berubah ke dunia

You may also like

TAX

PPN atas Pembelian Agunan : Apa, Bagaimana, dan Dampaknya terhadap Wajib Pajak?

Taxsam.co Team | 29 SEP 2023

TAX

Terima Fasilitas Kesehatan dari Kantor Kena Pajak Nggak, Ya?

Taxsam.co Team | 22 SEP 2023

TAX

Pajak Judi Online di Indonesia? Mungkin Nggak, Sih?

Taxsam.co Team | 22 SEP 2023