Atasi Overthinking dengan Stoicism

Overthinking atau mengkhawatirkan berbagai hal secara berlebihan merupakan salah satu hal yang sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang paling umum dikhawatirkan kebanyakan orang secara berlebihan adalah mengenai masa depan. Ketakutan-ketakutan mengenai hal yang belum bisa kita pastikan di hari esok sering kali mengganggu pikiran kita. Ada banyak cara untuk mengatasi overthinking, salah satunya adalah dengan stoicism.

Apa sih yang dimaksud dengan stoicism sebenarnya dan apa yang membuatnya dapat membantu mengurangi kebiasaan overthinking? Stoicism merupakan salah satu aliran filosofis yang mengajarkan mengenai bahwa persepsi merupakan dasar dari sebuah pengetahuan. Ada banyak ruang lingkup dari ajaran stoicism, namun menurut Ensiklopedia Britannica, salah satu aspek utama yang ditekankan dalam mencapai kebahagian hidup adalah ketenangan. Ketenangan ini bisa didapatkan melalui living in the present atau hidup di saat ini. Implementasi prinsip “hidup di saat ini” atau presence dapat dilakukan melalui cara berikut :

“The present moment, the only moment, wonderful moment.”

Mindset saat ini, satu-satunya, dan momen yang menyenangkan merupakan mantra yang dicetuskan oleh Thich Nhat Hanh, seorang pemimpin spiritual. Beliau menekankan pada hidup di saat ini untuk menikmati momen yang sedang dijalani, satu-satunya bermakna bahwa kita harus fokus pada saat ini hanya memikirkan satu pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Setelah berhasil menjalankan kedua hal tersebut pada akhirnya akan merasakan momen yang menyenangkan.

“Feeling and being, not about thinking or doing.”

Metode selanjutnya untuk menerapkan stoicism adalah dengan merasakan dan menghidupi, bukan sekedar memikirkan atau melakukan. Hal ini mungkin terdengar sederhana namun rumit dan bisa terdengar rumit namun sederhana. Merasakan dan menghidupi sebuah momen adalah salah satu cara untuk menenangkan pikiran dengan merasakan dan menghidupkan momen sekecil apapun seperti merasakan sejuknya dan harumnya sabun ketika mandi, hal ini menjadikan kita lebih tenang dan bersyukur akan hal hal kecil di hidup ini, alih-alih hanya memikirkan dan melakukan-yang pada akhirnya menjadikan hidup ini seperti mode autopilot dan dipenuhi pikiran negatif. Dengan contoh sederhana tersebut dapat diterapkan pada hal-hal besar seperti pekerjaan. Dengan feeling and being, kita diminta untuk merasakan dan menghidupi semangat dalam melakukan pekerjaan, bukan hanya melakukan pekerjaan yang seharusnya kemudian mengkhawatirkannya.