TECH
Harta Jack Ma Berkurang Rp 154 Triliun, Kok Bisa?
Akibat kritik kepada pemerintah China, di tahun 2020 Alibaba Group menghadapi tekanan. Hal ini membuat Jack Ma tak lagi menjadi orang terkaya di China.
Melansir laman berita Bloomberg, Jack Ma hampir kehilangan USD 11 miliar atau kisaran Rp154 triliun sejak akhir bulan Oktober.
Melansir laman berita Bloomberg, Jack Ma hampir kehilangan USD 11 miliar atau kisaran Rp154 triliun sejak akhir bulan Oktober.
Kejadian itu bertepatan dengan invesatigasi yang sedang dilakukan regulator China pada Ant Financial Group dan Alibaba.
Berapa harta yang berkurang?
Sebelumnya, ia memiliki harta USD 61,7 miliar. Namun saat ini, hartanya turun menjadi USD 50,9 miliar dan adalah orang terkaya ranking 25 dunia.
Di China, ia kalah dari Colin Huang, CEO Pinduoduo dengan harta USD 58,6 miliar dan CEO Tencent Ma Huateng dengan USD 53,3 miliar.
Tak hanya Jack Ma, pimpinan perusahaan teknologi lain pun mengalami hal yang sama
Sebenarnya bukan hanya Ma yang kehilangan cukup banyak harta, beberapa pimpinan perusahaan teknologi China yang lain mengalami nasib yang sama.
Hal tersebut disebabkan dari tindakan pemerintah China untuk lebih mengatur perusahaan teknologi. Kekayaan Ma Huateng terpangkas sekitar 15% dari sebelumnya.
Hal tersebut disebabkan dari tindakan pemerintah China untuk lebih mengatur perusahaan teknologi. Kekayaan Ma Huateng terpangkas sekitar 15% dari sebelumnya.
Padahal saat IPO Ant akan dilangsungkan dan diprediksi memecahkan rekor, kekayaan Jack Ma diprediksi melonjak drastis mengingat saham yang dipegangnya cukup besar.
Namun seperti diketahui, IPO di bursa saham Shanghai dan Hong Kong itu mendadak gagal digelar lantaran intervensi pemerintah China.
Kenapa Ant Financial bermasalah?
Ant Financial disebut beroperasi tanpa aturan sehingga dalam kebijakan terbaru. Mereka diminta regulator untuk mengurangi operasi bisnis dan kembali ke akarnya hanya sebagai penyedia layanan pembayaran. Bisnis lain seperti pemberian pinjaman ditinjau ulang.
Adapun Alibaba telah diinvestigasi secara resmi terkait tudingan praktik monopoli.
Tak hanya kedua perusahaan ini, pemerintah China kemungkinan juga akan mengincar raksasa teknologi lainnya dalam rangka mencegah mereka terlalu besar dan tak dapat dikendalikan.