BUSINESS

Masa Depan Stoisisme - Tentang Mengajari Anak Muda Berpikir Untuk Dirinya Sendiri

Taxsam.co Team | 26 OCT 2021
Paham stoisisme atau dibaca Stoik memiliki pengaruh besar pada pemikiran benua Eropa. Stoik sendiri merupakan ajaran penguasa romawi termasuk kaisar Marcus Aurelius yang menulis sebuah buku berjudul Meditations, dimana tulisan-tulisannya disusun dari tahun 161 hingga 180 M dan berisikan catatan pribadi serta gagasannya sang Kaisar mengenai filsafat Stoisisme.   Dasar dari paham Stoik yaitu bahwa manusia memiliki kapasitas yang unik untuk menjadi rasional, mandiri, menjadi benteng pertahanan kuat demokrasi dan hak asasi manusia hal tersebut menginspirasi beberapa para pembangkang non-konformis di seluruh dunia, dari Moskow hingga burma.  

Selama 2 dekade terakhir Stoik kembali eksis dalam bentuk terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT) yang menjadi terapi paling populer dan kredibel untuk gangguan emosional. Pendiri CBT, psikolog Albert Ellis pada saat di interview baru baru ini secara langsung dipengaruhi paham Stoik. Dari CBT kita bisa melihat masa depan secara bertahap melampaui ilmu kedokteran ke ranah area pendidikan dilatar belakangi oleh remaja muda menuju dewasa yang rentan terhadap penyakit mental dan dapat menjadi pengalaman menakutkan seperti gangguan kecemasan pada anak muda.  Pendidikan yang dienyam anak-anak dari mulai sekolah dasar hingga bangku sekolah tinggi sangat efisien seperti dalam bentuk ujian, serta mempersiapkan ke jenjang karir pekerjaan tetapi apakah anak-anak tersebut diberi pelajaran akan pasang surut kehidupan, mengelola pikiran dan emosi, mengenali dan menangani gangguan emosional jika itu terjadi?  Pandangan orang yunani berpikir hal tersebut seperti mengajarkan anak-anak ilmu sains untuk mengajari mereka berpikir untuk diri mereka sendiri, bagaimana mengendalikan pikiran atau emosi yang tidak rasional, bagaimana menjadi seorang yang mandiri yang mengatur dirinya sendiri. 

Jika hal tersebut tidak diajarkan, maka ketika dewasa anak tersebut tidaklah menjadi bebas, bisa dianalogikan seperti robot yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri berkesempatan menjadi korban masalah emosional dan penyakit mental.  Menurut Martha Nussbaum neo-Stoic, fokus pendidikan perlu mulai diperluas sehingga adanya kelas mengajarkan anak untuk menjadi pemikir yang terampil sehingga anak tersebut dapat melawan pikiran negatif atau irasional. Pada akhirnya mereka dapat merawat pikiran dan emosi mereka sendiri. Martha menyebutkan Stoik penting dijadikan sebuah subyek baru yang dia sebut sebagai manajemen kognitif tetapi penting juga untuk memasukkan filosofi dan kepercayaan lain seperti Buddhisme, Taoisme, Sufisme, atau Epicureanism.  Martha mengatakan, jika hanya menggunakan satu filosofi seperti Stoik saja, maka hal tersebut tidak dapat memberikan keterampilan kognitif kepada anak muda juga mengajarkan rasa hormat terhadap kebijaksanaan umum yang dimiliki oleh berbagai pendekatan dari seluruh dunia.

You may also like

TAX

PPN atas Pembelian Agunan : Apa, Bagaimana, dan Dampaknya terhadap Wajib Pajak?

Taxsam.co Team | 29 SEP 2023

TAX

Terima Fasilitas Kesehatan dari Kantor Kena Pajak Nggak, Ya?

Taxsam.co Team | 22 SEP 2023

TAX

Pajak Judi Online di Indonesia? Mungkin Nggak, Sih?

Taxsam.co Team | 22 SEP 2023