BUSINESS
Pemimpin Perusahaan Menjawab Tantangan Pandemi COVID 19; “The Chief Executive & Chief Digital Officer Role”
Pandemi virus telah memberikan dampak dan menjadi sebuah krisis kemanusiaan saat ini. Namun beberapa orang ada yang menganggap ini sebagai pendorong bagi perubahan yang luar biasa di bidang ekonomi, sosial, pribadi, dan perusahaan. Semua nya menjadi jelas terlihat bahwa masa dep akan berubah menjadi serba digital dan mengubah gaya hidup hampir di semua sektor. Siapa saja yang tidak mampu berubah (shifting) dengan cepat menanggapi krisis ini, dapat berakhir mengenaskan kapan pun dengan cepat atau lambat.
Bagi beberapa CEO krisis ini sangat sulit dihadapi, ada beberapa dari mereka yang merasa menarik dan menantang, memotong anggaran, atau fokus untuk berusaha bertahan dan melalui krisis ini. Krisis ini kami prediksi akan mempercepat semua sektor untuk beralih ke arah digital secara fundamental dan mengubah lanskap bisnis secara radikal.
Beberapa perusahaan yang terlambat, melihat pandemi ini sebagai bencana. Sebagian nya lagi ada yang menikmati keuntungan besar dari krisis ini, mereka seperti berselancar di tengah ombak yang besar, sementara yang lain nya harus tertimpa ombak dan harus memilih untuk gulung tikar. Beberapa perusahaan yang memiliki DNA digital seperti Amazon, Tokopedia, Bukalapak, Gojek, dll menikmati lonjakan transaksi akibat dari diterbitkan nya perintah social distancing dari pemerintah setempat.
Bagi CEO perusahaan yang tangguh dan tidak memilih untuk menyerah, ini saat nya untuk mempercepat transformasi digital dengan pendekatan strategi twin approach, (i) melakukan eksperimen secara aktif, (ii) dan meningkatkan skala bersamaan dengan percobaan dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous improvement). Di sini kita akan membahas bagaimana para pemimpin perusahaan (C-Suite) mengambil langkah-langkah transformasi digital;
1. Memiliki pandangan yang jelas tentang arah dan nilai transformasi digital yang anda akan bangun
Beberapa pemimpin merasa frustrasi dengan lambat nya transformasi digital, atau kewalahan mengalami lonjakan transmigrasi layanan berbasis konvensional ke arah digital, atau kewalahan meningkatkan skala operasi back end perusahaan nya. Hal ini seringkali dialami, karena mereka biasa nya telah memiliki talent dengan skill dan kompetensi digital namun tidak memiliki infrastruktur dan mesin yang koheren untuk melakukan integrasi terhadap layanan yang bisnis mereka berikan.
Seorang CEO yang ingin mengambil langkah digital perlu untuk merenung sejenak dan menilai kembali (re-assessment) terhadap peta besar nya dengan asumsi nilai dan kelayakan yang mendasari peta tersebut. Asumsi itu harus didasarkan pada suatu perilaku customer yang baru, dinamika perilaku bisnis, regulasi dan hal-hal lain nya.
Data-data menunjukkan bahwa saat ini telah terjadi lonjakan menggunakan produk dan layanan digital dari konsumen yang sebelum nya belum pernah mencoba nya sama sekali, hingga meningkatkan frekuensi penggunaan dan pembelian produk/layanan digital oleh konsumen lama. Misal nya peningkatan penggunaan obrolan melalui video, peningkatan interaksi antara pelanggan B2B melalui saluran digital, perubahan anggaran, kebijakan, peraturan dan biaya lain nya benar-benar digunakan oleh pemerintah untuk melawan pandemi ini.
Memiliki peta transformasi digital bukan berarti anda akan melaksanakan peta tersebut dengan membabi buta.
Diperlukan penyesuaian dari segi internal dan eksternal. Dari sisi internal, yang mungkin anda lakukan adalah menyesuaikan pemimpin di sektor digital (chief digital officer/CDO) sebagai pemimpin vital di lini bisnis digital dan memiliki kemampuan untuk mengalihkan sumber daya dalam rangka melakukan penyesuaian secara berkelanjutan. Ditambah lagi saat ini setiap segi internal tim perusahaan harus berkolaborasi jarak jauh dengan kebijakan social distancing. Seorang CEO berperan penting untuk terus mengumpulkan tim dan terus berkomunikasi, sehingga mereka tidak sekadar memahami peta tersebut, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan nya.
Diperlukan penyesuaian dari segi internal dan eksternal. Dari sisi internal, yang mungkin anda lakukan adalah menyesuaikan pemimpin di sektor digital (chief digital officer/CDO) sebagai pemimpin vital di lini bisnis digital dan memiliki kemampuan untuk mengalihkan sumber daya dalam rangka melakukan penyesuaian secara berkelanjutan. Ditambah lagi saat ini setiap segi internal tim perusahaan harus berkolaborasi jarak jauh dengan kebijakan social distancing. Seorang CEO berperan penting untuk terus mengumpulkan tim dan terus berkomunikasi, sehingga mereka tidak sekadar memahami peta tersebut, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan nya.
CEO, dan pemimpin organisasi dibawah nya harus mampu menguraikan pekerjaan dan menghilangkan tugas yang tidak penting, membentuk tim yang solid, anggaran yang cukup, keputusan yang jelas, dan menyeleksi talenta secara ketat untuk menjalankan rencana tersebut.
2. Peran yang harus dimiliki untuk mempercepat masuk ke pasar dan mengakses customer baru
Kebanyakan perusahaan hanya dapat menyaingi kecepatan krisis dan perubahan perilaku customer dengan membangun suatu hal yang baru dan di luar inti kekuatan perusahaan. Hal ini memungkinkan kepada mereka untuk membangun sesuatu dengan cara yang modern, yaitu yang gesit (agile ways) dengan arsitektur layanan sederhana bertumpu pada prinsip wirausaha (microservice architecture and entrepreneurial talent).
Perusahaan yang melakukan transformasi digital dengan pendekatan yang terstruktur, strategi jelas, semangat wirausaha, keseimbangan antara dukungan dan kebebasan operasional berdasarkan hasil penelitian memiliki tingkat keberhasilan 65 % lebih besar ketimbang yang tidak melakukan nya. Perusahaan besar cenderung lebih aman untuk memberikan akses sumber daya dan stabilitas keuangan selama masa pandemi.
Banyak hal-hal sinting yang kami sendiri lihat ketika krisis ini terjadi, seperti Amazon misal nya di informasi berdasarkan Analisis rata-rata pendapatan nya adalah sebesar $ 71,6 miliar pada akhir 2019, dan telah meningkat menjadi $ 72,5 miliar pada 9 April. Pendapatan dari Amazon Web Services telah meningkat dari $ 10,19 miliar menjadi $ 10,3 miliar pada periode waktu itu, menurut FactSet. Untuk setahun penuh, FactSet memperkirakan pendapatan sebesar $ 334,1 miliar, hampir setengahnya ($ 160,7 miliar) di antaranya akan berasal dari penjualan toko online (Jon Swartz, 2020). Amazon di informasi mengalami permintaan yang sangat pesat, sehingga harus melakukan rekrut besar karyawan warehouse (lebih dari 200,000 karyawan), mengalami keterlambatan pengiriman barang karena kelangkaan supply dan tinggi nya demand. Sementara China dilaporkan telah mampu membangun 2 rumah sakit (>2,500 kamar) hanya dengan seminggu. Inggris mampu melaksanakan rencana telehealth jangka panjang hanya dalam waktu 2 minggu. Pedagang eceran di Indonesia, Eropa, belahan dunia lain nya mampu meluncurkan bisnis ecommerce hanya kurang dari jangka waktu 1 bulan. Para peneliti dan ahli data telah melihat statistik dan melakukan analisis terhadap data untuk membaca nilai-nilai perilaku konsumen dan bisnis yang bergerak dengan cepat.
Para pemimpin (C-Suite) memiliki peran kunci untuk mengembangkan bisnis baru yang koheren dengan nila-nilai tersebut sehingga mampu menghasilkan profitabilitas yang memuaskan dan bukan nya hanya menciptakan bisnis baru yang tidak memiliki daya jual. Sehingga pemimpin perusahaan harus mampu mempertahankan sumber pertumbuhan baru sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian organisasi di masa depan.
3. Memanfaatkan model operasi yang sangat cepat (agile development) untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis perusahaan
Teknik cepat (agile development) pada awal nya dikembangkan hanya untuk organisasi yang bergerak di sektor teknologi. Namun saat ini teknik tersebut telah di modifikasi dan adaptasi lintas sektor organisasi. Bahkan saat ini bukan hanya bergerak cepat, anggota perusahaan juga dituntut harus mampu menjaga komunikasi dengan jarak jauh dan tetap menjaga koherensi nilai dan konteks komunikasi.
Krisis memaksa tim dalam sebuah anggota organisasi untuk bertindak cepat di tengah ketidakpastian, mengambil keputusan dengan supervisi yang terbatas, dan mengambil langkah proaktif terhadap situasi yang berubah dengan cepat. Dalam situasi seperti ini, C-Suite dapat melakukan desentralisasi kepada setiap anggota tim untuk mengambil keputusan yang tepat dan cepat, karena sentralisasi keputusan dalam situasi krisis mungkin akan menghambat pergerakan perusahaan.
Tim yang terlalu banyak mungkin juga menjadi penghambat pergerakan organisasi menjadi lincah. Dalam situasi yang krisis, tim dengan passion tinggi, solid, lincah, dan kompeten menjadi elemen yang sangat fundamental. CEO juga perlu mendorong agar tim bekerja dengan tingkat iterasi (pengulangan/ penyempurnaan) untuk selalu melakukan penyesuaian nilai. CEO juga harus mampu memberikan kejelasan tujuan dan fokus yang ketat terhadap hal-hal tertentu yang harus dilakukan untuk dapat menjiwai pelaksanaan tugas dan mendorong hasil yang sangat maksimal.
Kemampuan yang sangat krusial dalam situasi ini dan jangka panjang adalah pasti, tentang kemampuan belajar, adaptasi, menguji, mengukur, dan mengeksekusi berdasarkan hal yang telah dipelajari sebelum nya. Membangun otot perusahaan (myelin) bukan hanya sekadar pelatihan, tetapi juga tentang menanamkan budaya eksperimen, pembelajaran, dan iterasi yang tinggi. Tidak ada manual books yang diajarkan atau instruksi untuk melaksanakan kemampuan ini, karena ini hanya tentang intuisi CEO bagaimana diri nya mampu memberdayakan setiap tim, mencoba hal baru dan belajar sepanjang jalan. CEO harus memulai dukungan setiap anggota perusahaan bergerak cepat (agile), memperhatikan cara-cara mereka bekerja, mengidentifikasi proses dan insentif untuk melancarkan jalan nya transformasi tersebut.
4. Memikirkan ulang strategi agar anda memiliki orang-orang berbakat yang dibutuhkan ketika masa pemulihan dimulai
Krisis ini hampir mengakibatkan setiap perusahaan untuk memotong anggaran dan biaya. Namun orang-orang berbakat menjadi bahan fundamental ketika CEO hendak mempercepat laju transformasi digital. Hal ini tidak hanya tentang mempertahankan mereka, namun juga membangun kompetensi dan keterampilan pada mereka, kemudian menghubungkan nya dengan strategi transformasi digital yang telah dipetakan dan membangun kembali ketika masa pemulihan dimulai.
CEO harus mampu mengumpulkan bakat-bakat yang disiapkan untuk menghadapi proses pemulihan melalui hasil analisis nya. Termasuk menentukan berapa banyak dari mereka yang akan dibutuhkan sehingga ada ketahanan yang memadai jika krisis kembali terjadi, mengembangkan pendekatan untuk membangun keterampilan mereka, dan mengidentifikasi orang-orang yang telah muncul sebagai bintang selama krisis dan mereka yang keterampilannya dapat ditingkatkan melalui pelatihan. Para pemimpin perusahaan dapat bekerja sama untuk menyediakan sarana dan prasaran digital agar dapat mengukur proses tersebut. Sehingga pemimpin dapat mengukur setiap kinerja anggota dan menentukan siapa-siapa saja orang berbakat yang siap untuk memberikan performa terbaik selama proses pemulihan dimulai dan siapa yang tidak.
5. Membangun iklim teknologi yang memungkinkan perusahaan anda berkembang setelah masa pemulihan selesai dan kembali normal
Disrupsi teknologi dan krisis ini adalah tamparan yang keras bagi para C-Suite untuk menyadarkan mereka bahwa teknologi memiliki peran vital untuk tetap hidup bahkan berkembang lebih pesat. Kebanyakan perusahaan dan organisasi mengalami kemunduran akibat kegagalan systemic di dalam diri nya, seperti kehilangan pasar, kehilangan arah, buta terhadap perubahan teknologi dan modernisasi. Sehingga di sini jelas bahwa teknologi adalah pendorong utama nilai dan bukan hanya sekadar pendukung.
CEO memiliki peran inti organisasi untuk mendefinisikan teknologi sebagai pencipta nilai (value creation), fleksibilitas, keamanan siber, ketahanan bisnis jangka pendek dan panjang, dan lain nya. CEO harus berkoordinasi dengan C-Suite lain nya, seperti CIO (Chief Information Officer), CTO (Chief Technology Officer), CDO (Chief Digital Officer) untuk melakukan investasi teknologi dalam legacy-system modernization dan microservice-architecture development atau membangun teknologi baru secara bersamaan untuk infrastruktur operasi atau pengembangan bisnis baru nya. CEO harus bekerja sama dengan eksekutif lain nya untuk menjalankan agenda percepatan transformasi digital.
Ketika transformasi digital sudah memiliki pertambahan nilai signifikan, maka fokus tersebut harus diperluas ke bagian data analitik lanjutan untuk membaca data secara akurat dan waktu yang cepat untuk kepentingan pengambilan keputusan. Inisiatif tambahan dapat mencakup pengembangan pandangan 360-degree views terhadap pelanggan, mengadopsi sarana prasarana dan proses yang konsisten, serta memodernisasikan arsitektur data dan pindah ke cloud. Pada tahapan ini anda disarankan untuk memperhatikan aturan privasi, penting nya ekosistem digital, navigasi hubungan pelanggan (customer relationship) dengan data dan kekayaan intelektual, sebagai kunci utama keunggulan di era digital.
Meskipun tanda-tanda pemulihan tidak dapat dipastikan kapan datang nya, tetapi waktu nya pasti akan datang, dan para CEO kami sarankan untuk membangun landasan fundamental yang kokoh dan efektif untuk mengarungi masa depan dengan cara yang lebih digital sehingga memberikan perusahaan peluang terbaik untuk masa depan yang sangat cerah.
Wellcode.io Team
Leading high-tech Indonesia Startup Digital - which serves the community with revolutionary products, system development, and information technology infrastructure