TECH

Digital disruption

Wellcode.IO team | 27 MAR 2019

Digital disruption

the opportunity to create and proliferate, as well as wither and die



Digital disruption atau gangguan ekonomi digital mulai hype di dunia sejak 2012 lalu, yang ditandai dengan apple sebagai ikon digitan image merajai Global brand value di dunia mengalahkan brand coca-cola, mcdonald’s atau microsft sendiri. kemudian berturut-turut hingga 2018 google,amazon dan facebook masuk kedalam top 15


The digital disruption saat ini mendorong pemikiran dan perilaku baru yang mengakhiri satu tren yang ironisnya menimbulkan kebangkitan tren baru yang sebelumnya tidak ada. Dengan kata lain ‘digital disruption’ membuka kesempatan untuk tumbuh atau mati 

“Digital Disruption is closing of one door and the innovative opening of another; the opportunity to create and proliferate, as well as wither and die.”- Forbes



Sebuah study di oxford oleh A Mckinsey memprediksi bahwa “Mulai tahun 2012-2032 akan ada 47% profesi yang hilang dan 65% profesi yang benar-benar baru.” 

Bayangkan sebuah perusahaan taxi terbesar tidak mempunyai mobil taxi sendiri, sebesar itulah disruption yang terjadi. Jadi sebesar apapun perusahaan yang kita miliki saat ini jangan coba untuk melawan disruption. Lemesin ajaaa J

 

 

Tetapi disamping keganasannya disruption sendiri menyimpan keindahan tersendiri, yaitu

1.    Memungkinkan perusahaan untuk bertumbuh dengan mendefiniskan kembali bagaimana dan mengapa mereka bekerja sehingga kebangkitan itu bisa menjadi peluang kedua bagi perusahaan untuk mengadopsi cara yang lebih baik (agile)

2.    Cara yang lebih baik untuk melayani karyawan yang memilih untuk bekerja disana karena mereka percaya dengan tujuan perusahaan (respect)

1.    It’s your time – ini membuka kesempatan bagi siapapun anda, tidak peduli latar belakang anda, anda dapat menjadi pemenang dengan berkolaborasi (fyi, disruption ini tidak memandang incumbents atau newcomers Tidak ada garansi perusahaan baru anda tidak akan terdisrupsi)

 

Pertanyaannya adalah bagaimana disruption ini menjadi peluang?

Jika anda browsing terkait digital disruption, anda akan menemui banyak sekali cara tetapi kita akan membahas 4 yang menjadi dasar untuk sama-sama kita pertimbangkan

 

“Inovasi terbuka adalah inovasi baru”

Inovasi terbuka adalah inovasi baru. Inovasi terbuka didefinisikan sebagai penggunaan keluar masuknya pengetahuan yang bertujuan untuk mempercepat inovasi internal, dan memperluas pasar untuk penggunaan inovasi eksternal masing-masing sedangkan inovasi tertutup adalah inovasi yang berasal dari sumber internal. Dalam contohnya banyak perusahaan yang menyiapkan strategi khusus yang misinya adalah mempersiapkan “ruang pertempuran” untuk misi di masa depan, tim yang akan mencari "next frontier" untuk intelijen, tren, taktik, teknik, dan prosedur musuh/kompetitor, kemudian menginformasikan kembali kepada perusahaan sehingga perusahaan tahu apa yang harus dilatih dan bagaimana melakukannya. Intinya adalah ‘the knowledge sharing economy’ membuka peluang yang lebih besar secara eksponensial bagi inovasi untuk tumbuh. Nobody is smarter than everybody, isn’t?

Perubahan teknologi dan budaya

Perubahan teknologi melahirkan perilaku konsumen baru yang akibatnya menginspirasi sejumlah pendekatan baru dari segi pemasaran dan penjualan. Pertimbangkan perbedaan motivasi antara generasi milenial dan generasi sebelumnya. Milenial didorong oleh nilai dan visi, membutuhkan informasi yang banyak dan cepat, relasi, kesadaran kapitalisme, otonomi dan flexible dibandingkan generasi terdahulu. Generasi pencari kekayaan namun loyal, birokratis, patuh, dan adaptif

 

Fact

At your business, age isn’t just a number

People different age typically different perspectives

Dress differently

Eat differently

Work differently

 

 

 

 

Dari matriks Tangible berubah menjadi intangible

Keberhasilan di tempat kerja saat ini terdiri dari 2 komponen yaitu data dan angka keuangan, ya memang data dan angka memberikan jawaban yang jelas untuk investor tetapi pemikiran kedepan, transparansi, otonomi, kolaborasi dan kepemimpinan yang efektif menyelesaikan “people problem”. Tanpa intangible element dari human capital itu sendiri tidak akan ada seorangpun di dalam perusahaan yang dapat me’levers’ value perusahaan untuk mendapatkan tangible rewards.

 

 “Always put yourseld in other shoes. If you feel that it hurts you, it probably hurts the other person,too.” – Rachel Grady

 

 

 

Dari fisik menjadi virtual

Perubahan bentuk fisik menjadi mobile, cloud dan networked communities menghadirkan disruptive challenge, yaitu : menjual kepada konsumen yang “tidak ada”. Generasi sebelumnya suka mengunjungi took, merasakan dan melihat produk secara fisik sedangkan generasi konsumen saat ini melakukannya secara virtual, sehingga menjadikannya jauh lebih sulit untuk memnuhi pengalaman di dalam toko. Evolusi perilaku konsumen sekarang mengundang pertanyaan bagi vendor untuk menjawab: “Bagaimana kita menjual kepada seseorang yang tidak datang ke toko?” plus, fakta bahwa jawaban atas pertanyaan harga konsumen hanya dengan satu sentuhan touchscreen dan kebutuhan untuk merespon lebih cepat dan lebih penting dari sebelumnya



‘So don’t trust me, trust the number. disruption is here to stay”


You may also like

TAX

PPN atas Pembelian Agunan : Apa, Bagaimana, dan Dampaknya terhadap Wajib Pajak?

Taxsam.co Team | 29 SEP 2023

TAX

Terima Fasilitas Kesehatan dari Kantor Kena Pajak Nggak, Ya?

Taxsam.co Team | 22 SEP 2023

TAX

Pajak Judi Online di Indonesia? Mungkin Nggak, Sih?

Taxsam.co Team | 22 SEP 2023