HUMAN DEVELOPMENT
Lima Langkah Merancang Kehidupan
Kehidupan dan karir terkadang tidak dapat kita kontrol, apalagi dengan adanya serangan dari covid-19 rasanya hilang arah atau menghadapi jalan buntu. Kita tahu tujuan apa yang mau kita ambil tetapi tidak bisa dipenuhi. Menggunakan cara pendekatan design thinking salah satu cara dalam merancang kehidupan, ilmu ini sering kali kita temui di ranah desain, seniman. Mereka menggunakan 5 langkah ketika membuat karya brilian, dan ini menjadi alasan mengapa iPhone, Tesla, lampu Anglepoise ada disekitar kita. Dalam buku Make Brilliant Work karya dari Rod Judkins menjelaskan bagaimana design thinking diaplikasikan kedalam kehidupan dan menjadikan siapapun, apapun, diumur berapapun menjadi sang arsitek kehidupan. Seniman Henri Matisse menyusun kehidupannya sama dengan ketika dia berkarya atau mengadakan eksibisi. Metode ini membawanya kepada karir brilian dari waktu ke waktu. Mari kita bedah satu persatu.
1. Sadar dan mengerti diri
Tidak akan berjalan ketika ingin merancang kehidupan tanpa tahu siapa anda sebenarnya, apa yang mau anda capai apa kekuatan anda dan kelemahan anda. Orang tua dari Matisse merancang kehidupannya kelak ketika dia sudah dewasa menjadi seorang pengacara, dia mendapatkan karir serta gaji yang baik, dan berhasil mengamankan pekerjaannya di kantor hukum. Tetapi, dia menyatakan untuk menjadi seniman bukan pengacara lalu menyalurkan energi serta ambisinya kepada seni.
2. Definisikan permasalahan anda
Tentukan apa yang henda anda buat raih, Matisse memiliki keresahan bagaimana dia bisa membuat dampak pada industri seni, apa yang bisa dia lakukan di ranah lukisan yang akan menjadi seni modern?
Sebelum memulai melukis, Matisse menanyakan kepada dirinya tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan diri dan bagaimana bisa cocok untuk eksibisi dan tujuan dimasa depannya. Dia mau mengemabangkan Van Gogh’s menggunakan intensi, dan warna ekstrim. Dia melakukan riset terhadap sejarah dari seni kontemporer, dia bertemu seniman ternama Picasso sampai Cezanne, mengunjungi studio-studio, dan menggali bagaimana metode mereka dalam berkarya. Dia pergi ke galeri-galeri dan kolektor dan mulai mengembangkan seninya untuk berkontribusi pada seni. Tanya pada diri ada sendiri, apa yang mau anda tambahkan dalam kehidupan?
3. Buat ide
Desainer dan seniman membuat alternatif ide, sebelum memulai lukisannya Matisse melakukan sketsa atau melukis secara kasar. Ketika menemukan jalan buntu dia mengubah medium, ganti bahan belajar atau pindah kesuatu tempat untuk menemukan inspirasi. Bahkan dia pindah dari negara ke negara lain untuk mendapatkan ide dari kultur berbeda.
Dia mengunjungi Perancis untuk mendapatkan inspirasi tentang lukisan yang cerah, dimana menuntunnya pada kemajuan signifikan yaitu lukisan Fauves. Selanjutnya dia berpindah ke Itali, Spanyol, Afrika Utara, dan banyak lokasi lain untuk memberikan energi terhadap karyanya.Dia tidak pernah berhenti mengembangkan tekniknya.
4. Prototype
Proses ini merupakan eksperimen yang berskala kecil, untuk melihat apakah ide yang kita buat menimbulkan masalah, dan mencari solusinya. Hal ini dapat menjadikan proses tes dan evaluasi terhadap ide baru.
Sebelum melukis dalam skala besar, Matisse membuat sketsa, setelah itu melakukan transfer ide pada kanvas besar. Seperti yang dibicarakan sebelumnya, dia tidak puas menjadi pengacara dan memutuskan untuk memulai kelas menggambar setiap pagi sebelum pergi ke kantor. Lalu dia mencoba bereksperimen dengan melukis dan memahat. Dia membuat prototype karir baru dalam skala kecil sebelum berkomitmen penuh.
Tidak ada waktu yang tepat dalam membuat prototype dalam membuat toko, podcast, crowdfunding, blog, instagram karena hal tersebut tidak murah dan mudah dibuat menjadi produk.
5. Tes
Desainer dan seniman melakukan tes pada hasil karya mereka terhadap publik. Sebuah eksibisi menjadi cara untuk mendapatkan reaksi orang, Matisse memiliki perhatian penuh terhadap masukan dari kritik, lalu menggunakan hal tersebut untuk perubahan jika diperlukan pada karyanya.
Dalam cerita lainnya, ada seorang yang bekerja di perusahaan besar tetapi dia merasa tidak puas. Dia menjalankan Design Thinking dan mencoba berimajinasi bagaimana jika dia dipecat lalu harus merancang tiga alternatif kehidupan, tidak peduli apakah itu dibuat-buat atau beresiko. Dia memiliki gairah ketika memasak, khususnya untuk minyak zaitun. Imajinasinya adalah untuk membuat brand minyak zaitun.
Ketika dicari di Internet, ada kebun zaitun kecil di satu tempat. Dia membeli secara online tanpa mengunjungi tempat tersebut. Kemudian dia coba mendesain botol kemudian pergi ke kebun zaitun tersebut untuk membawa zaitunnya menggunakan botol dan memenuhi mobilnya dengan botol yang sudah terisi minyak zaitun, juga membeli beberapa lahan kecil lalu kembali ketempat asalnya untuk menjual botol tersebut di supermarket. Sebuah proses tersebut menghasilkan hasil signifikan, toko membuat kerjasama dengan dirinya. Dengan profit besar dan pesanan tinggi dia akhirnya membeli lahan kecil secara perlahan.
Akhirnya dia bisa memiliki lahan beberapa hektar, kemudian meninggalkan pekerjaannya dan hidup dengan ideal meskipun prosesnya melibatkan banyak kerja keras. Dia mungkin bisa menemui jalan buntu jika tidak menyiapkan dan menjalankan prototype pada skala kecil. Itu yang membuatnya percaya diri untuk naik ke fase skala besar.
Jika sesuatu hal terjadi pada anda, maka anda sudah tidak bisa mengendalikan hal tersebut. Rancang kehidupan, dan jalan perlahan memandu dan membentuk rancangan tersebut. Seperti Matisse, berpikirlah ketika karir dan kehidupan anda adalah sesuatu yang harus dibuat dan dipahat. Jaga momentum karir anda agar tetapi bergerak keatas setiap waktunya.