TAX
Pajak Untuk Robot
Abstraksi
Artikel ini menghadirkan jajak pendapat masalah perpajakan untuk Robotic Process Automation (RPA) yang terjadi di antara beberapa tokoh yang cukup berpengaruh dalam laju ekonomi dunia. Selain itu ditambahkan juga pandangan Adam Smith dan Karl Marx. Pengaruh yang diberikan kedua cendikiawan tersebut menawarkan banyak hal yang membantu ekonom kontemporer memahami perpajakan RPA.
Diskusi
Sejak era industrialisasi dimulai, mesin telah banyak menggantikan tenaga kerja. Pengurangan waktu kerja secara signifikan sebagai akibat dari otomatisasi akhirnya dapat tercapai dengan terciptanya Artificial Intelligent (AI). Namun, dengan lahirnya inovasi Robotic Process Aotumation (RPA), tujuan efisiensi industri bergeser dari meningkatkan produktivitas menjadi sepenuhnya mengganti tenaga kerja manusia. upaya untuk mengatasi hal itu masih terus dicari, salah satunya adalah penerapan pajak untuk penggunaan robot dalam industri. Gagasan ini memancing perdebatan di sejumlah kalangan.
Bill Gates berndapat bahwa pajak robot dapat memperlambat substitusi tenaga kerja yang lebih coock dilakukan manusia seperti di sector kesejahteraan sosial. Dia menekankan bahwa perpajakan lebih efektif mengarahkan inovasi alih-alih melarang elemen-elemennya. Selain itu, perlu dipikirkan juga bagaimana menyikapi pajak penghasilan (yang saat ini dikenakan pada tenaga kerja mansuia). Di lain sisi, Larry Summers memandang bahwa keterbukaan suatu negara terhadap inovasi teknologi berbading lurus dengan keundtungan partidipasi perdagangan internasional yang bisa didapatkan negara tersebut. Atas alasan ini, penerapan pajak robot untuk RPA hanya akan menjauhkan investasi dan berpotensi mengancam ekonomi domestik. Beberapa ekonom pasar bebas juga mengingatkan bahwa pajak robot pada akhirnya tidak lebih dari sekadar tambahan beban biaya bagi perusahaan.
Karl Marx dan Adam Smith merupakan tokoh pemikir yang memiliki pendapat kuat terkait industrialisasi. Hari, keduanya mungkin akan mempertanyakan apakah RPA akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau tidak. Yang perlu dicatat adalah bahwa pemikiran mereka berdasar pada kondisi industri pada masa hidup mereka dan belum tentu sepenuhnya relevan dengan keadaan hari ini. Smith menganggap tenaga kerja sebagai mayoritas populasi, dan kesejahteraan mereka sebagai pedoman menyeluruh bagi masyarakat mana pun. Tidak mengherankan, Smith yakin bahwa pembagian kerja dapat melayani kedua tujuan: meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menguntungkan ekonomi. Tulisan-tulisannya tidak mengindikasikan bahwa Smith mengantisipasi kemungkinan mesin sepenuhnya menggantikan tenaga manusia. Marx memandang bahwa Setiap perbaikan teknologi yang bertujuan untuk menggantikan tenaga kerja manusia dengan RPA, secara eksklusif merupakan keuntungan bagi kapitalis dan hanya alat untuk meningkatkan keuntungan mereka. Baginya, keuntungan produktivitas harus digunakan untuk mengurangi jam kerja tenaga kerja, namun dalam konteks kapitalis, dia percaya bahwa mereka berfungsi untuk memaksimalkan eksploitasi mereka.
Artikel ini menghadirkan jajak pendapat masalah perpajakan untuk Robotic Process Automation (RPA) yang terjadi di antara beberapa tokoh yang cukup berpengaruh dalam laju ekonomi dunia. Selain itu ditambahkan juga pandangan Adam Smith dan Karl Marx. Pengaruh yang diberikan kedua cendikiawan tersebut menawarkan banyak hal yang membantu ekonom kontemporer memahami perpajakan RPA.
Diskusi
Sejak era industrialisasi dimulai, mesin telah banyak menggantikan tenaga kerja. Pengurangan waktu kerja secara signifikan sebagai akibat dari otomatisasi akhirnya dapat tercapai dengan terciptanya Artificial Intelligent (AI). Namun, dengan lahirnya inovasi Robotic Process Aotumation (RPA), tujuan efisiensi industri bergeser dari meningkatkan produktivitas menjadi sepenuhnya mengganti tenaga kerja manusia. upaya untuk mengatasi hal itu masih terus dicari, salah satunya adalah penerapan pajak untuk penggunaan robot dalam industri. Gagasan ini memancing perdebatan di sejumlah kalangan.
Bill Gates berndapat bahwa pajak robot dapat memperlambat substitusi tenaga kerja yang lebih coock dilakukan manusia seperti di sector kesejahteraan sosial. Dia menekankan bahwa perpajakan lebih efektif mengarahkan inovasi alih-alih melarang elemen-elemennya. Selain itu, perlu dipikirkan juga bagaimana menyikapi pajak penghasilan (yang saat ini dikenakan pada tenaga kerja mansuia). Di lain sisi, Larry Summers memandang bahwa keterbukaan suatu negara terhadap inovasi teknologi berbading lurus dengan keundtungan partidipasi perdagangan internasional yang bisa didapatkan negara tersebut. Atas alasan ini, penerapan pajak robot untuk RPA hanya akan menjauhkan investasi dan berpotensi mengancam ekonomi domestik. Beberapa ekonom pasar bebas juga mengingatkan bahwa pajak robot pada akhirnya tidak lebih dari sekadar tambahan beban biaya bagi perusahaan.
Karl Marx dan Adam Smith merupakan tokoh pemikir yang memiliki pendapat kuat terkait industrialisasi. Hari, keduanya mungkin akan mempertanyakan apakah RPA akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau tidak. Yang perlu dicatat adalah bahwa pemikiran mereka berdasar pada kondisi industri pada masa hidup mereka dan belum tentu sepenuhnya relevan dengan keadaan hari ini. Smith menganggap tenaga kerja sebagai mayoritas populasi, dan kesejahteraan mereka sebagai pedoman menyeluruh bagi masyarakat mana pun. Tidak mengherankan, Smith yakin bahwa pembagian kerja dapat melayani kedua tujuan: meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menguntungkan ekonomi. Tulisan-tulisannya tidak mengindikasikan bahwa Smith mengantisipasi kemungkinan mesin sepenuhnya menggantikan tenaga manusia. Marx memandang bahwa Setiap perbaikan teknologi yang bertujuan untuk menggantikan tenaga kerja manusia dengan RPA, secara eksklusif merupakan keuntungan bagi kapitalis dan hanya alat untuk meningkatkan keuntungan mereka. Baginya, keuntungan produktivitas harus digunakan untuk mengurangi jam kerja tenaga kerja, namun dalam konteks kapitalis, dia percaya bahwa mereka berfungsi untuk memaksimalkan eksploitasi mereka.
Pro dan Kontra
Dalam Musyawarah Nasional Masyarakat Robotika Indonesia yang dihelat di Bogor pada Juni 2019, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza, mengatakan bahwa pengerjaan yang dilakukan secara manual merupakan bagian dari masa lalu dan sudah saatnya dunia industry mengenal system robotika. Pemanfaatan system robotika diyakini bisa semakin mempercepat dan mempermudah pelaku industri dalam menghadapi revolusi industri 4.0. memang ada baiknya kita adaptif dengan perkembangan teknologi, termasuk dalam menjalankan industry. Namun yang tidak bisa dikesampingkan adalah data bahwa jumlah buruh yang terdata di Indonesia per Februari 2021 mencapai 78,14 juta orang, naik 2,64 juta orang dibandingkan Agustus 2020. Sedangkan dalam jangka waktu perhitungan yang sama, tingkat pengangguran terbuka turun sebesar 0,81 persen menjadi 6,26 persen. Data tersebut mengindikasikan kebutuhan lapangan pekerjaan ,asih terbilang tinggi. Bayangkan bila otomasi diterapkan pada industri secara serta merta dan mengurangi jumlah angkatan kerja di Indonesia, maka jumlah penganguran akan semakin membludak dan karenanya tingkat kesejahteraan masyarakat akan menurun drastic. Yang harus dipertimbangkan hari ini bukan hanya sekadar substitusi tenaga kerja oleh menjadi robotika, tapi bagaimana peran robotika dapat membantu meningkatkan kualitas dan jumlah produksi dan memangkas waktu kerja sehingga elemen-elemen pasar seperti barang priduksi yang dijual dan pihak yang akan membeli dapat mencapai kesetimbangan.
Sumber:
Nama Pengarang:. Huettinger M., Boyd J.A..
Judul Artikel: Taxation of robots – what would have been the view of Smith and Marx on it?
Tahun Artikel: 2020
Publisher: Emerald Group Holdings Ltd.
Nama Pengarang:. Huettinger M., Boyd J.A..
Judul Artikel: Taxation of robots – what would have been the view of Smith and Marx on it?
Tahun Artikel: 2020
Publisher: Emerald Group Holdings Ltd.