BUSINESS
Dihantam Pandemi, Perusahaan Ritel Ini Terpaksa Tutup Toko
Imbas virus Corona yang masih merebak di Inggris, perusahaan ritel asal Amerika Serikat (AS) Gap Inc. akan menutup semua tokonya.
Hal ini disebabkan karena perusahaan terus mengalami penurunan penjualan dan kerugian. Penutupan ini pun akan mengancam ribuan karyawannya karena pemurusan hubungan kerja (PHK).
Mengutip laman BBC, (26/10/2020), Selain Inggris, toko di Prancis, Irlandia, dan Italia juga akan ditutup. Terutama pusat distribusi Eropa yang berada di Inggris juga akan ditutup.
Berapa jumlah toko Gap yang tutup?
BBC mencatat, hingga saat ini Gap menolak memberikan rincian jumlah toko yang akan tutup serta tenaga kerja yang terdampak di Inggris.
Terkait kerugian yang dialami Gap, menurut sebuah laporan, perusahaan ini kehilangan 740 juta poundsterling atau setara Rp 14 triliun (kurs Rp 19.148) dalam tiga bulan hingga Mei.
Terkait kerugian yang dialami Gap, menurut sebuah laporan, perusahaan ini kehilangan 740 juta poundsterling atau setara Rp 14 triliun (kurs Rp 19.148) dalam tiga bulan hingga Mei.
Gap akan masuk ke ranah digital
Seorang juru biscara Gap, yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pihaknya sedang mencari alternatif untuk mengaktifkan bisnis e-commerce di Eropa.
Sebagai informasi, selama ini Gap telah memiliki 129 toko bermerek Gap di Eropa dan sekitar 400 toko waralaba.
Perusahan ritel lain yang bernasib sama
Menurut data dari pusat penelitian ritel Inggris, selain Gap, ada banyak perusahaan rietl yang tengah berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis.
Antara lain, Edinburgh Woolen Mill, yang memiliki Jaegar dan Austin Reed dikabarkan terancam bangkrut dan 21 ribu karyawan terancam PHK.
Lalu Debenhams, yang akan memangkas ribuan pekerja, kabarnya perusahaan ini siap dijual dan mencoba mencari pemilik baru.
DW Sports juga terancam bangkrut dan 1.700 pekerja terancam kena PHK. Pengecer pakaian yang berbasis di Skotlandia, M & Co, mengatakan 400 pekerja terancam kena PHK.