Ant Financial Gagal IPO! Ini Kritik Jack Ma Terhadap Pemerintah China

Lantaran intervensi pemerintah China, Ant Financial Group gagal melantai perdana di bursa saham atau IPO yang diprediksi akan mengukir rekor dunia. 

Setelah cukup lama bungkam, pihak Ant Financial Group pun angkat bicara. Namun, bukan Jack Ma yang bersuara melainkan diwakilkan petinggi lainnya.

Baca Juga: Cara Mendapatkan Modal Berwirausaha Tahun 2021

Ialah Eric Jing, Executive Chairman Ant Group. Dirinya berjanji bakal mematuhi regulasi finansial China. Pihaknya juga akan lebih mendengarkan suara publik dan lebih transparan.

"Di bulan silam, di bawah panduan regulator, kami berjuang untuk mengatur hal-hal terkait setelah IPO ditangguhkan,"

"Secara aktif mengikuti panduan regulator dan mematuhi persyaratan, mendengarkan publik dengan hati-hati dan melakukan review sendiri secara komprehensif," kata Eric dikutip dari CGTN.

Kenapa IPO Ant Finacial bermasalah?


Informasi yang dikutip dari CGTN, apabila IPO Ant terus berlanjut, diprediksi akan membahayakan stabilitas finansial di China dan menggangu bisnis bank tradisional.

Sehingga Eric berusaha berdamai dengan otoritas China yang akhir-akhir ini agresif untuk menegakan regulasi industri fintech.

Terkait hal itu, Jack Ma sangat mengkritik keras lantaran sistem finansial China sudah ketinggalan zaman. Kritik ini juga jadi salah satu penyebab yang bikin dijegalnya IPO Ant.

Apa dasar kritik Jack Ma?


Dirinya mengatakan China punya sistem finansial yang kurang baik. Ibaratnya seperti memberi obat ke pasien, namun obatnya tidak tepat. 

"Gejala alzheimer dan polio mungkin mirip, tapi keduanya benar-benar penyakit berbeda. Jika seorang anak diberi obat Alzheimer untuk menyembuhkan polio, akan ada banyak masalah," ucapnya.

Ia juga merasa prihatin karena sistem bank di China seperti rumah gadai, di mana bank selalu minta jaminan cukup untuk pinjaman. Imbasnya, banyak bisnis kecil sulit mendapatkan modal.

Masa depan fintech menurut Jack Ma


Jack Ma menilai, di masa depan keputusan memberi pinjaman harus diputuskan oleh big data dan rekam jejak kredit.

Ia melanjutkan, sistem perbankan harus selalu menyesuaikan sesuai perkembangan zaman yang terus berjalan.

Di masa depan penggunan teknologi baru seperti big data, cloud, dan blockchain bisa menjawab kebutuhan itu.