NEWS
Astaga! 20.000 Warteg Jabodetabek Bakal Tutup, Apa Penyebabnya?
Sekitar 20.000 Warteg di Jabodetabek terancam tutup imbas pandemi Corona yang terus mengurangi pendapatan mereka sampai 90%.
Pendapatan pengusaha Warteg menurun sejak diterapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta semakin tidak sanggupnya membayar uang sewa.
Oleh karena itu, sebagian pengusaha Warteg memutuskan untuk pindah lokasi dagang ke tempat yang lebih murah dan terjangkau.
Baca Juga: Kontribusi UMKM Tahun 2021 Diharapkan Mencapai 62,36%
"20.000 (Warteg) mau tutup di tahun ini karena tidak bisa memperpanjang kontrak sewa usaha, sekarang sudah 50%-nya," kata Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni.
Mukroni melanjutkan, sudah hampir setahun ini hasil yang didapat pengusaha Warteg jauh dari harapan. Sementara itu, untuk melanjutkan uang sewa kontrak, mereka perlu tambahan biaya.
Segini harga sewa yang harus dikeluarkan para pengusaha Warteg, fantastis!
Masih dikatakan Mukroni, para pengusaha Warteg sangat keberatan membayar uang sewa yang tarifnya sangat mencekik.
Rata-rata kontrakan di Jakarta bekisar Rp100 juta per tahun. "Sekarang harga kontrakan di Jakarta Rp100 juta, makanya kini mereka pindah cari lokasi yang lebih murah," ucapnya.
Baca Juga: Kabar Gembira! Pemerintah Perpanjang Subsidi Bunga KUR
Selain karena harga sewa yang mahal, usaha mereka pun selalu sepi imbas penerapan PSBB di Jakarta. Sehingga tidak ada pengunjung yang biasanya dipenuhi pegawai kantoran.
"Penyebabnya karena adanya PSBB pada bulan April dan kantor-kantor juga pada tutup, sehingga yang biasanya pegawai makan di warteg, sekarang tidak ada," katanya.
Harga bahan pangan naik drastis, jadi salah satu penyebab 20.000 usaha Warteg tutup
Dalam beberapa waktu terakhir sejumlah komoditas pangan utama yang jadi menu Warteg mengalami kenaikan harga secara drastis. Sehingga beban pengusaha Warteg pun makin berat.
"Lebih parahnya juga kan semua harga pangan itu naik. Kayak cabai, sayur-sayuran, telor, dan kedelai juga naik belakangan ini. Ya ini beban banget jadinya," keluh Mukroni.
Sebagai catatan, apa yang dikatakan Mukroni benar adanya. Diberitakan sebelumnya, beberapa hari terakhir para pedagang sapi terancam mogok berdagang imbas harga daging naik dari pihak distributor.
Baca Juga: Pedagang Sapi Se-Jabodetabek Bakal Mogok Jualan Mulai Hari Ini
Aksi mogok yang dilakukan para pedagang sapi diprediksi bakal berlangsung sampai hari Jumat (22/1/2020).
Nasib para pengusaha Warteg
Lantas gimana nasib para pengusaha Warteg ini? Mukroni mengatakan ada yang memilih pulang ke kampung halaman. Di sana, mereka beralih profesi menjadi petani dan membuka usaha kecil-kecilan.
"Mereka pulang kampung karena beban berat untuk tinggal di Jabodetabek. Ada yang jadi kuli, sopir, petani, buka usaha kecil-kecilan di kampung karena tidak bayar sewa kontrakan," ucapnya.
Baca Juga: Libur Telah Tiba, Yuk Naikan Peluang Usaha
Oleh sebab itu, Mukroni meminta kepada pemerintah pusat ataupun daerah di wilayah Jabodetabek untuk membantu meringankan biaya sewa tempat agar pengusaha Warteg tetap bisa berjualan.
"Harapannya pemerintah pusat atau pemda di Jabodetabek itu mau membantu meringankan biaya sewa tempat. Ini kan biar warteg bisa tetap buka sih," tambahnya.